Preparasi Fosil
Preparasi adalah proses pemisahan
fosil dari batuan dan material pengotor lainnya. Setiap jenis fosil memerlukan
metode preparasi yang. Proses ini pada umumnya bertujuan untuk memisahkan
mikrofosil yang terdapat dalam batuan dari material-material lempung (matrik)
yang menyelimutinya.
Untuk setiap jenis mikrofosil,
mempunyai teknik preparasi tersendiri. Polusi, terkontaminasi dan kesalahan
dalam prosedur maupun kekeliruan pada pemberian label, harus tetap menjadi
perhatian agar mendapatkan hasil optimum. Beberapa contoh teknik preparasi
untuk foraminifera & ostracoda, nannoplankton dan pollen dapat dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut :
- Foraminifera kecil & Ostracoda
Untuk mengambil foraminifra kecil dan
Ostracoda, maka perlu dilakukan preparasi dengan metoda residu. Metoda ini
biasanya dipergunakan pada batuan sedimen klastik halus-sedang, seperti
lempung, serpih, lanau, batupasir gampingan dan sebagainya.
Caranya adalah sebagai berikut,
yaitu:
- Ambil ± 100 – 300 gram sedimen kering.
- Apabila sedimen tersebut keras-agak keras, maka harus dipecah secara perlahan dengan menumbuknya mempergunakan lalu besi/porselen.
- setelah agak halus, maka sedimen tersebut dimasukkan ke dalam mangkok dan dilarutkan dengan H2O2 (10 – 15%) secukupnya untuk memisahkan mikrofosil dalam batuan tersebut dari matriks (lempung) yang melingkupinya.
- Biarkan selama ± 2-5 jam hingga tidak ada lagi reaksi yang terjadi.
- Setelah tidak terjadi reaksi, kemudian seluruh residu tersebut dicuci dengan air yang deras diatas saringan yang berukuran dari atas ke bawah adalah 30-80-100 mesh.
- Residu yang tertinggal pada saringan 80 & 100 mesh, diambil dan kemudian dikeringkan didalam oven (± 600 C).
- Setelah kering, residu tersebut dikemas dalam plastik residu dan diberi label sesuai dengan nomor sampel yang dipreparasi.
- Sampel siap dideterminasi.
Alat – alat yang
digunakan adalah:
Saringan dengan 30
– 80 – 100 mesh
Wadah pengamatan
mikrofosil.
Jarum penguntik.
Slide karton (model Jerman, 40 x 25 mm )
Slide karton (model internasional, 75 x 25 mm
- Foraminifera besar
Istilah foram besar diberikan untuk
golongan foram bentos yang memiliki ukuran relative besar, jumlah kamar relative
banyak, dan struktur dalam kompleks. Umumnya foram besar banyak dijumpai pada
batuan karbonat khususnya batugamping terumbu dan biasanya berasosiasi dengan
algae yang menghasilkan CaCO3 untuk test foram itu sendiri.
Di Indonesia foraminifera bentos
besar sangat banyak ditemukan dan bisa digunakan untuk menentukan umur relatif
batuan sedimen dengan menggunakan zonasi foraminifera bentos besar
berdasarkan Adams (1970), dengan demikian untuk menganalisanya dilakukan
dengan mempergunakan sayatan tipis. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
- Contoh batuan yang akan dianalisis disayat terlebih dahulu dengan mesin penyayat/gurinda. Arah sayatan diusahakan memotong struktur tubuh foraminifera besar yang ada didalamnya.
- Setelah mendapatkan arah sayatan yang dimaksud, contoh tersebut ditipiskan pada kedua sisinya.
- Poleskan salah satu sisi contoh tersebut dengan mempergunakan bahan abrasif (karbondum) dan air.
- Setelah itu, tempel sisi tersebut pada objektif gelas (ukuran internasional 43 x 30 mm) dengan mempergunakan Kanada Balsam.
- Tipiskan kembali sisi lainnya hingga contoh tersebut menjadi transparan dan biasanya ketebalan sekitar 30-50 μm.
- Setelah ketebalan yang dimaksud tercapai, teteskan Kanada Balsam secukupnya dan kemudian ditutup dengan “cover glass”. Beri label.
- Sampel siap dideterminasi
- Nannoplankton
Pengamatan dilakukan di bawah
mikroskop optik. Dapat dilakukan dengan dua metode preparasi, yaitu:
- Quick smear-slide/metode poles
- Smear slide/metode suspense
- Ambil satu keping contoh batuan segar sebesar ± 10 gr., bersihkan dari kotoran yang menempel dengan sikat halus.
- Cungkil bagian dalam dari sampel tersebut dan letakkan cukilan tersebut di atas objektif gelas.
- Beri beberapa tetes aquades untuk melarutkan batuannya dan ratakan.
- Buang kerikil-kerikil yang kasar yang tidak larut.
- Panaskan dengan hot plate objektif gelas tersebut hingga larutan tersebut kering.
- Setelah kering, bersihkan/tipiskan dengan cover glass supaya lebih homogen dan tipis.
- Biarkan mendingin, beri label, sampel siap dideterminasi.
- Smear Slide / Metode suspensi
Membutuhkan waktu yang lama, namun
hasilnya lebih baik.
- Ambil contoh batuan dengan berat 10-25 gr. Bersihkan dan usahakan diambil dari sampel yang segar.
- Larutkan dalam tabung gelas dengan aquades dan sedikit Natrium bikarbonat (Na2Co3).
- Masukkan tabung tersebut kedalam ultrasonik vibrator ±1 jam tergantung pada kerasnya sampel.
- Saring larutan tersebut dengan mesh 200, kemudian tampung suspensi dan butiran halusnya kedalam bejana gelas.
- Biarkan suspensi tersebut mengendap.
- Teteskan 1-2 tetes pipet kecil dari larutan tersebut di atas gelas objektif dan panaskan dengan hot plate.
- Setelah kering teteskan kanada balsam dan dipanaskan hingga lem tersebut matang dan tutup dengan cover glass.
- Dinginkan dan beri label.
- Sampel siap dideterminasi.
- Polen
Untuk melepaskan pollen/spora
dari mineral-mineral yang melimgkupinya, dapat dilakukan dengan beberpa tahap
preparasi yang mebutuhkan ketelitian dan ditunjang oleh fasilitas laboratorium
yang lengkap, seperti cerobong asap, ruang asam, tabung-tabung reaksi,
sentrifugal dan sebagainya. Beberapa larutan kimia yang dibutuhkan adalah: HCl,
HF, KOH, dan HNO3.
Penyajian
Mikrofosil
Dalam penyajian mikrofosil ada
beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu:
- Observasi
Observasi adalah pengamatan morfologi
rincian mikrofosil dengan mempergunakan miroskop. Setelah sampel batuan selesai
direparasi, hasilnya yang berupa residu ataupun berbentuk sayatan pada gelas
objek diamati di bawah mikroskop. Mikroskop yang dipergunakan tergantung pada
jenis preparasi dan analisis yang dilakukan. Secara umum terdapat tiga jenis
mikroskop yang dipergunakan, yaitu mikroskop binokuler, mikroskop polarisasi
dan mikroskop scanning-elektron (SEM).
- Determinasi
Determinasi merupakan tahap akhir
dari pekerjaan mikropaleontologis di laboratorium, tetapi juga merupakan tahap
awal dari pekerjaan penting selanjutnya, yaitu sintesis. Tujuan determinasi
adalah menentukan nama genus dan spesies mikrofosil yang diamati, dengan
mengobservasi semua sifat fisik dan kenampakan optik mikrofosil tersebut.
- Deskripsi
Berdasarkan observasi yang dilakukan
pada mikrofosil, baik sifat fisik maupun kenampakan optiknya dapat direkam
dalam suatu deskripsi terinci yang bila perlu dilengkapi dengan gambar
ilustrasi ataupun fotografi. Deskripsi sangat penting karena merupakan dasar
untuk mengambil keputusan tentang penamaan mikrofosil yang bersangkutan.
- Ilustrasi
Pada tahap ilustrasi, gambar dan
ilustrasi yang baik harus dapat menjelaskan berbagai sifat khas tertentu dari
mikrofosil itu. Juga, setiap gambar ilustrasi harus selalu dilengkapi dengan
skala ataupun ukuran perbesarannya.
- Penamaan
Seorang sarjana Swedia Carl Von
Line (1707–1778) yang kemudian melatinkan namanya menjadi Carl
Von Linnaeus membuat suatu hukum yang dikenal dengan Law Of Priority,
1958 yang pada pokoknya menyebutkan bahwa nama yang telah dipergunakan pada
suatu individu tidak dipergunakan untuk individu yang lain.
Nama kehidupan pada tingkat genus
terdiri dari satu kata sedangkan tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkat
subspecies terdiri dari tiga kata. Nama-nama kehidupan selalu diikuti
oleh nama orang yang menemukannya. Contoh penamaan fosil sebagai berikut:
– Globorotalia menardi exilis Blow,
1998, arti dari penamaan adalah fosil hingga subspesies diketemukan oleh
Blow pada tahun 1969
– Globorotalia ruber elogatus
(D’Orbigny), 1826, arti dari n. sp adalah spesies baru.
– Pleurotoma carinata Gray, Var
Woodwardi Martin, arti dari penamaan adalah Gray memberikan nama spesies
sedangkan Martin memberikan nama varietas.
– Globorotalia acostaensis
pseudopima Blow, 1969,s arti dari n.sbsp adalah subspecies.
– Dentalium (s.str) ruteni Martin,
arti dari penamaan adalah fosil tersebut sinonim dengan dentalium rutteni
yang diketemukan Martin.
– Globorotalia of tumd, arti
dari penamaan ini adalah penemu tidak yakin apakah bentuk tersebut betul Globorotalia
tumida tetapi dapat dibandingkan dengan spesies ini.
– Spaeroidinella aff dehiscen, arti
dari penamaan tersebut adalah fosil ini berdekatan (berfamily) dengan
sphaeroidinella dehiscens. (aff = affiliation)
– Ammobaculites sp, artinya
mempunyai bermacam-macam spesies
– Recurvoides sp, artinya
spesies (nama spesies belum dijelaskan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar